Pilkada 2024: Saat Visi dan Misi Saja Tidak Cukup

Datuk Dr. H.A. Ramli Sutanegara, SH., MBA., M.Si
• Jurnalis Utama Dewan Pers dan Pembina Media SwaraBangsaOnline

Visi dan misi yang jelas sering kali dianggap sebagai landasan penting untuk memenangkan sebuah kontestasi politik, termasuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Indonesia.

Dengan visi visioner dan misi pro rakyat, calon pemimpin diharapkan mampu merebut hati pemilih dan menarik dukungan berbagai pihak. Namun, saat ini terbukti memiliki visi dan misi saja tidak cukup untuk sukses dalam memenangkan persaingan di Pilkada 2024.

Alasan utama mengapa visi dan misi saja tidak cukup adalah karena faktor lain juga ikut mempengaruhi hasil suatu kontestasi politik, yaitu Tiga Tas.

Tas pertama adalah Popularitas

Dengan kata lain, popularitas adalah branding dan citra kandidat yang sangat memiliki pengaruh luas. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa citra seorang kandidat lebih mempengaruhi pemilih dibandingkan dengan visi dan misi yang diusungnya. Jika seorang calon mempunyai citra yang buruk di mata masyarakat, maka peluangnya untuk memenangkan pilkada akan semakin sulit.

Kantong kedua adalah Elektabilitas

Setelah calon populer dengan citra positif, diperlukan tindakan untuk “memoles” popularitas guna meningkatkan nilai elektabilitas. Dalam hal ini, terpilihnya partai politik yang kuat juga mempunyai peranan penting dalam meningkatkan persepsi masyarakat.

Kandidat yang didukung partai politik dengan basis massa yang kuat akan memiliki akses yang lebih mudah untuk memenangkan Pilkada dibandingkan kandidat perseorangan atau calon yang tidak didukung partai politik yang solid.

Selain branding dan kekuasaan partai politik, tas ketiga atau terakhir adalah isi tas. Faktor uang sangat menentukan keberhasilan suatu kontestasi politik. Pilkada seringkali diwarnai dengan politik uang dan jual beli suara yang dapat mempengaruhi hasil akhir pemilu.

Kandidat yang memiliki sumber daya keuangan yang besar akan mempunyai keuntungan dalam melakukan kampanye secara intensif dan menjangkau lebih banyak pemilih. Sebab sejak Reformasi tahun 1998, penekanan pemenangan calon kepala daerah bisa dikatakan berada di tangan rakyat sebagai pemilik suara.

Dengan demikian, jelas visi dan misi yang baik bukanlah kunci untuk meraih kemenangan dalam kontestasi Pilkada 2024. Diperlukan strategi komprehensif yang mencakup branding, dukungan partai politik, dan aspek finansial yang kuat untuk mampu bersaing secara efektif.

Meski begitu, visi dan misi tetap diperlukan sebagai arah dan tujuan yang ingin dicapai oleh seorang pemimpin, namun faktor lain juga harus diperhatikan secara serius agar dapat mencapai keberhasilan dalam persaingan dunia politik.

error: Content is protected !!