Airlangga Hartarto mengingatkan kebakaran hutan dan lahan

Airlangga Hartarto mengingatkan kebakaran hutan dan lahan
Airlangga Hartarto mengingatkan kebakaran hutan dan lahan

SBO, Palembang— Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto, memimpin simulasi kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Sumatera Selatan yang digelar di Griya Agung Palembang.

Airlangga mengatakan, wilayah Sumatera Selatan memiliki topografi yang bervariasi, yaitu dataran tinggi di barat (Bukit Barisan) dan dataran rendah di timur, serta lahan mangrove dan gambut yang luas.

“Hal ini menjadikan tanah Sumatera Selatan subur dan menghasilkan berbagai hasil perkebunan, pertanian, perikanan, dan pertambangan. Sumber daya alam ini harus dikelola dengan baik untuk kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat,” kata Arilangga, Sabtu (20/7).

Namun, kata Airlangga, kondisi geografis tersebut juga membawa tantangan, seperti ancaman banjir dan tanah longsor pada musim hujan, serta kekeringan dan kebakaran hutan pada saat musim kemarau.

Kebakaran besar di lahan gambut dapat menimbulkan kabut asap yang merugikan beberapa sektor seperti kesehatan, transportasi dan sosial ekonomi karena terganggunya jalur transportasi.

“Kejadian ini harus disikapi dengan tindakan nyata agar dampaknya bisa diminimalisir atau dihilangkan. Seingat kita, dampak kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan Rp42,7 miliar pada tahun 2022, dengan kerugian terbesar terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir mencapai Rp 11,4 miliar,” ujarnya.

Menurutnya, hal ini menunjukkan pentingnya upaya preventif yang harus dilakukan secara efektif dan berkelanjutan.

Untuk itu, kita teringat akan arahan Presiden saat Rakornas Kehutanan sebagai berikut.

  1. Upaya pencegahan harus diprioritaskan; prioritas pencegahan tidak boleh terlambat.
  2. Manajemen lapangan perlu dikonsolidasi dan diorganisir. Artinya, jika terjadi kebakaran kecil di desa tersebut, wajib melaporkannya agar dapat segera ditangani di depan.
  3. Seluruh elemen harus bergerak melakukan deteksi dini dan pemantauan wilayah rawan titik panas.
  4. Jajaran dibawahnya selalu update informasi kondisi lapangan dengan menggunakan teknologi terkini.
  5. Memanfaatkan teknologi monitoring pengawasan dengan sistem dashboard, penggunaan AI (Artificial Intelligence) dan penerapan BCMS (Business Continuity Management System) untuk pemulihan yang cepat jika terjadi gangguan pada pelayanan publik.
  6. Sehingga unsur pemerintah serta TNI dan Polri berada di bawah yaitu Babinsa, Bhabinkamtibmas dan para pemimpin desa juga dilibatkan dalam upaya pencegahan kebakaran hutan.
  7. Upaya pemberian pendidikan juga harus dilanjutkan.
  8. Di tahun-tahun mendatang, semua pihak harus mencari solusi permanen untuk mencegah dan mengatasi kebakaran hutan dan lahan.
  9. Pembangunan ekosistem gambut pada kawasan hidrologis gambut harus dilanjutkan, pengelolaan sistem perairan gambut, penutupan saluran dan
  10. Tindakan penegakan hukum harus dilaksanakan tanpa kompromi. Penegakan hukum yang tegas terhadap siapapun yang melakukan pembakaran hutan dan lahan, baik di konsesi korporasi, konsesi korporasi maupun di lingkungan masyarakat, akan memberikan efek jera.

“Panggilan dan simulasi karhutla yang kami lakukan hari ini merupakan wujud kepedulian dan kesiapsiagaan kami dalam mengantisipasi karhutla,” ujarnya.

Ia pun berharap pertemuan dan simulasi ini tidak hanya sekedar unjuk kekuatan, namun mendorong penyiapan personel yang kompeten, kemampuan memadai, dan peralatan memadai.

ADENI ANDRIADI
error: Content is protected !!