Blog, Opini  

Kolom Opini : “Antara Aku, Kau, dan Bekas Pacarmu” Sebuah Drama Tanpa Kompensasi

Penulis : OJ Fauzi

Pernah nggak, punya mantan yang bikin bete karena tau-tau mengakhiri hubungan pacaran tanpa alibi yang jelas. Sebel nggak digituin?

Tapi guys, ternyata ada yang lebih menyebalkan dari sekedar putus cinta.

Bayangkan, tanpa prior notification, terjadi pemadaman listrik dan air ledeng yang mati secara mendadak.

Ibarat game duel, kita ini kayak kena combo hit. Triple kill lagi!! Udah diputusin, listrik padam, air ledeng mati pula. Hwarakadah!

Dan ini fenomena yang sering dialami oleh kita. Ibarat luka udah berdarah, ditetesin air garem ama dua raksasa pelayanan publik, PLN dan PDAM.

Ketika deretan skenario yang udah kita susun sedemikian indahnya harus menjelma jadi pertunjukan yang gagal karena listrik yang padam. Tak kalah tragis, ketika mendapati kenyataan bahwa air PDAM yang ikutan mogok kerja.

Uniknya, dalam drama PLN dan PDAM ini, rakyat seolah-olah jadi tokoh protagonis yang selalu disudutkan.

Ketika mereka gagal memberikan layanan, kita hanya bisa meratapi nasib di pojokan sambil menunggu entah kapan mereka akan kembali ‘berbaik hati’.

Nggak ada kompensasi yang layak, kecuali permintaan maaf seremonial yang terasa basa-basi lewat media sosial.

Yang membuat kita menelan pil pahit adalah ketidakseimbangan perlakuan.  Ketika tagihan PLN atau PDAM hanya sekali kita terlambat membayar, denda dan sanksi langsung mencengkeram tanpa kompromi.

Tidak ada ruang toleransi maupun forum diskusi untuk memberikan argumentasi. Ibarat mantan yang minta putus tanpa bisa berharap untuk kembali.

Sebuah ironi yang unik, PLN dan PDAM memiliki perlakuan layaknya mantan yang bipolar : di satu sisi mereka menuntut kepatuhan penuh dari kita, di sisi lain mereka bebas melakukan kesalahan tanpa ada akibat yang berarti. Di negara ini, yang katanya menghargai hak asasi.

Namun, kita sebagai rakyat tetap membayar tagihan setiap bulannya. Bukan karena cinta tulus seperti waktu membalas mantan yang selalu datang pergi seenaknya, tapi karena kita tidak punya pilihan lain. Karena kita sangat tergantung pada listrik dan air bersih.

Mungkin bagi PLN dan PDAM, kita adalah perwujudan kisah cinta bertepuk sebelah tangan, dimana satu pihak selalu memberi tanpa menerima.

Dan ketika kita mempertanyakan hubungan timpang ini, mereka akan dengan mudah menjawab melalui perangkat call center yang seolah-olah didesain untuk memberikan jawaban dengan enkripsi.

So kesimpulannya, antara PLN, PDAM, dan bekas pacarmu, semuanya memiliki kesamaan : mereka bisa meninggalkan kita kapan saja tanpa kompensasi, namun menuntut kesetiaan dan ketaatan penuh.

Akhirnya kita hanya bisa berharap semoga suatu hari nanti, PLN dan PDAM belajar memperlakukan kita dengan lebih baik, layaknya pasangan yang seharusnya menghargai satu sama lain, yang diikat dengan janji suci : sehidup dan tak akan mati tanpa kompensasi.


 

error: Content is protected !!