Kapolda Sumsel Irjen.Pol. A.Racmad Wibowo Menghadiri Puncak Perayaan Cap Go Meh 1000 Lampion Terangi Pulau Kemaro 

Tampak Kapolda Sumsel Irjen.Pol.A.Rachmad Wibowo, SIK (berbusana pakaian hitam) itu duduk bersama penuh kekeluargaan yang dijamu suguhan Ngopi oleh para panitia penyelenggara Cap Go Meh diwarnai 1000 lampion dilantai dasar menara Pagoda, lalu lampion-lampion itu pun menghiasi suasana romantis nan indah di penjuru Pulau Kemaro.
Tampak Kapolda Sumsel Irjen.Pol.A.Rachmad Wibowo, SIK (berbusana pakaian hitam) itu duduk bersama penuh kekeluargaan yang dijamu suguhan Ngopi oleh para panitia penyelenggara Cap Go Meh diwarnai 1000 lampion dilantai dasar menara Pagoda, lalu lampion-lampion itu pun menghiasi suasana romantis nan indah di penjuru Pulau Kemaro.

PALEMBANG, SWARABANGSAONLINE Parayaan Cap Go Meh di Palembang, yang digelar Kamis-Jum’at (22-23/2/2024), dihadiri oleh Kapolda Sumsel irjen.Pol.A.Rachmad Wibowo,SIK menyambut penuh antusias, dia mengingatkan jagalah keamanan tempat ini tetap kondusif, peliharalah tempat ibadah para penganutnya agar nyaman, aman dan rukun selalu.

Dan dilain itu pula Kapolda Sumsel, dia menambahkan secara singat, jelas dan tegas saat diwawancarai awak media, mengatakan “tempat ini (Pulau Kemaro) punya nilai tambah, punya daya tarik tersendiri bagi para pengunjung wisatawan ke Palembang-Sumsel.”

Masih ditempat yang sama, dan saat itu Kapolda Sumsel, didampingi Tjik Harun, juga menjelaskan bahwa “panitia penyelenggara acara dan jajarannya juga menggelar, yang dimeriahkan dengan pemasangan 1000 lampion di penjuru pulau kemaro, juga menghadirkan pelaku UMKM dan dimeriahkan oleh Blass Musik Tanjidor, Karaoke, Barongsai, Pameran karya seni busana Tinghoa, Pernak pernik souvenir Cap Go Meh, dan Aneka makanan khas Palembang-Indonesia kuliner lainnya menyemarakkan Pulau Kemaro seluas 10 hektare tersebut, yang menarik perhatian para pengunjung, wisatawan lokal, dalam dan luar negeri.”

Dari pantauan media SuaraBangsa (Mr.Wancik) mengamati agenda acara itu, tertata rapi dan terjadwal dengan baik pada puncak acara imlek diperingati pula dengan sembahyang, yang tertera pada pengumuman selembaran kertas di dinding tertulis jadwal upacara sembahyang Cap Go Meh Pulau Kemaro 2024, yakni. *Pertama, Pada pukul 12.00 sembahyang dermaga 5 tahun sekali (Kinclong & Altar Toa Pekong), lalu kemudian, *Kedua, Pada pukul 15.00 s/d selesai (mengundang dewa) pada pukul 23.15 s/d selesai (mengundang Toa Pekong) dan kurban kambing.

Lebih lanjut, dan kemudian, *Ketiga, Sembahyang ritual tersebut berlanjut pada pukul 12.00 s/d selesai (sembahyang Altar depan), dan pada tanggal (25/2/2024) penutup di hari Minggu nanti pelaksanaan ritual sembahyang kokun dan Toa Pekong, Shang Sin.

Di satu sisi, dari pantauan awak media, yang sejak dibukanya akses Jembatan Tongkang menuju Pulau Kemaro, lebih memudahkan dan memberi kenyamanan puluhan ribu wisatawan padati Pulau Kemaro di puncak perayaan Cap Go Meh, terlihat ketika itu ada yang datang untuk beribadah, dan ada juga yang datang untuk berwisata.

Berlanjut, yang masih mengitari seputar lokasi acara Cap Go Meh itu saat awak media menghubungi panitia penyelenggara, yaitu Tjik Harun, yang dia mengatakan “tak membatasi masyarakat, siapa pun boleh datang, asal tidak menganggu sembahyang atau ibadah”, ujarnya menjelaskan ke media ini sembari tersenyum.

Lalu kemudian menghubungi para panitia lainnya, yakni diantaranya Atek, yang dia menambahkan legenda yang melagenda tersohor itu bahwa apa yang tertera di batu prasasti disebutkan itu, mengisahkan Legenda Kisah Cinta di Pulau Kemaro.

“Kisah Pulau Kemaro dipercaya berasal dari legenda cinta seorang saudagar Tiongkok dan putri asli Palembang. Sang saudagar Tiongkok bernama Tan Bun An jatuh cinta kepada Siti Fatimah”.

Lebih jauh, dia menambahkan yang bernama Tan Bun An ketika itu lalu memboyong sang pujaan hati ke Tiongkok untuk meminta restu dari orang tuanya. Setelah merestui pernikahan sang anak, orang tua Tan Bun An lalu memberikan hadiah berupa tujuh guci besar kepada sang anak dan menantu.

“Tan Bun An dan Siti Fatimah lalu berlayar pulang ke Palembang dengan membawa guci-guci pemberian orang tuanya. Saat masih berada di tengah Sungai Musi, Tan Bun An penasaran dengan isi guci-guci itu lalu membukanya”. Maka terkejutlah Tan Bun An melihat guci berisi sawi-sawi asin. Hal tersebut membuat Tan Bun An marah dan melemparkan guci-guci itu ke Sungai Musi. Ketika hendak melempar guci ketujuh, tanpa sengaja guci tersebut jatuh dan pecah di perahu”.

Ternyata guci pecah itu berisi harta benda yang permukaannya ditutupi sawi-sawi asin.

Di sisi lain, yang kemudian Tan Bun An yang sudah membuang enam guci lantas menyesali perbuatannya. Tanpa pikir panjang, Tan Bun An segera melompat ke air untuk mengambil kembali guci-gucinya.

Nah, melihat hal tersebut, sang pengawal pun ikut terjun untuk membantu majikannya. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Tan Bun An dan pengawalnya tak kunjung muncul ke permukaan sungai sehingga membuat Siti Fatimah panik. Hingga akhirnya Siti Fatimah memutuskan untuk lompat ke air dan mengalami nasib yang sama dengan Tan Bun An serta pengawalnya.

Beberapa waktu kemudian, munculah pulau kecil di tempat Tan Bun An dan Siti Fatimah terjun ke Sungai Musi. Pulau tersebut dinamai Kemaro yang artinya kemarau karena tidak pernah terendam air meskipun arus gelombang Sungai Musi sedang tinggi.

Kisah asal usul inilah yang juga menarik keingintahuan para wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Kemaro dan berziarah ke makam Tan Bun An serta Siti Fatimah.

“Keistimewaan Pulau Kemaro tentu membuat Anda tertarik untuk berkunjung dan menyaksikan keunikannya secara langsung”.

Jangan tunda lagi rencana liburan ke Palembang. Bersiaplah menikmati momen-momen liburan yang menyenangkan di Pulau Kemaro, tutur Atek menceritakan mengenai legenda, yang tersohor ini telah melagenda Pulau Kemaro dari masa ke masa saat diwawancarai oleh awak media SuaraBangsa.

 

(Pewarta : Mr.Wancik.AN.BE. Wartawan SuaraBangsa Lintas Generasi, dan Anggota PWI Sumsel).

Leave a Reply

error: Content is protected !!